Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

Kehidupan Remaja Dalam Agama Buddha

Gambar
A. Remaja Masa Kini Manusia berkembang sejak dari rahim ibunya. Berkembang menjadi bayi, anak-anak, remaja, dewasa, tua sampai akhirnya meninggalkan dunia kembali. Remaja didefinisikan sebagi manusia yang mulai beranjak dewasa dan memiliki beberapa spesifikasi seperti orang dewasa. Pria sudah mulai tumbuh rambut di beberapa tempat, jakun mulai tumbuh di lehernya, dan suara basnya berubah menjadi lebih besar. Wanita, akan mengalami sejumlah perubahan pada tubuhnya. Ketika beranjak remaja , bukan hanya tubuh yang berubah tetapi keperibadian maupun tingkah laku juga mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi pada remaja dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Lingkungan keluarga berupa pendidikan dan keharmonisan hubungan dalam keluarga. Lingkungan sekolah berupa pendidikan, suasana sekolah, hubungan guru dan siswa, maupun antara siswa dengan siswa lainya. Lingkungan masyarakat berupa pergaulan antara remaja tersebut dengan remaja lain dan dengan

Dana Kebenaran Dalam Agama Buddha

Gambar
Dana kebenaran berarti memberitahukan atau mengajarkan kebenaran. Dhamma adalah kebenaran, mengerti kebenaran berarti jalan keselamatan telah terbuka. Melaksanakan kebenaran yang telah diajarkan berarti telah berada pada jalan keselamatan. Selama 45 tahun Buddha telah mengajarkan Dhamma. Selama itu pula banyak para dewa, manusia, dan makhluk hidup lainnya diselamatkan berkat kebenaran (Dhamma) yang diajarkan Buddha. Yakkha Alavaka adalah makhluk jahat yang terkenal sangat bengis, pemberang, dan congkak. Yakkha adalah makhluk yang memiliki kekuatan gaib hebat dan suka menggunakannya. Oleh karena itu, ada manusia yang memuja dan menghormatinya. Kadang-kadang para yakkha juga dikenal sebagai dewa pohon, atau juga sebagai dewa pelindung dari sebuah desa. Jika sifat jahatnya timbul, mereka sangat berbahaya karena bisa menjadi kejam dan meminta pengorbanan daging dan darah pada manusia. Tetapi, berkat cinta kasih dan kesabaran yang dipancarkan Buddha, Alavaka si yakkha yang bengis dan kejam

Candi-Candi Buddha di Jawa Barat dan Sumatra

Gambar
1. Candi Batujaya Kompleks Percandian Batujaya adalah situs peninggalan Buddha kuno yang terletak di Kecamatan Batujaya dan juga di Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Situs Batujaya pertama kali ditemukan oleh tim arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia (sekarang disebut Fakultas Ilmu Budaya UI) pada tahun 1984. Para pakar arkeologi menduga bahwa candi-candi tersebut merupakan yang tertua di Jawa yang dibangun pada masa Kerajaan Tarumanegara (abad ke-5 sampai ke6 M). Candi Jiwa yang terletak di kompleks percandian ini, struktur bagian atasnya menunjukkan bentuk bunga padma (bunga teratai), bagian tengahnya terdapat denah struktur melingkar seperti bekas stupa, atau lapik patung Buddha. Menurut Sunarto, kompleks Candi Batujaya terdapat 46 titik sebaran candi di areal 5 km, tetapi tidak menutup kemungkinan kalau candi itu akan bertambah, seiring ditemukannya unsur-unsur lain. Adapun candi yang sudah dipugar dan sudah memiliki bentuk candi meski belum se

Melihat Orang Mati Dan Petapa

Gambar
Suatu ketika, Pangeran Siddharta tertipu dan tertarik oleh lima kenikmatan indria. Tipuan itu diatur oleh ayah-Nya, Raja Suddhodana. Hal ini untuk menghalangi-halangi-Nya melepaskan keduniawian dan menjadi Petapa. 1. Melihat Orang Mati Setelah empat bulan berlalu dalam kemewahan hidup, Pangeran Siddharta pergi lagi mengunjungi Taman Kerajaan. Pangeran mengendarai kereta yang ditarik oleh kuda putih seperti sebelumnya. Di perjalanan, Pangeran melihat pertanda yang diciptakan oleh para dewa untuk ketiga kalinya. Saat itu, banyak orang berkumpul. Ada tandu jenazah yang berhiaskan kain berwarna-warni. Pangeran bertanya kepada kusirnya,"Channa, mengapa orang-orang ini berkumpul? Mengapa mereka mempersiapkan tandu yang dihias kain berwarna-warni?" Channa menjawab, "Yang Mulia, orang-orang itu berkumpul dan mempersiapkan sebuah tandu karena ada seseorang yang mati". Pangeran belum pernah melihat orang mati sebelumnya, bahkan mendengar kata ‘orang mati’ saja belum pernah. D

Sifat-Sifat Ketuhanan dan Cara Buddha

Gambar
Indonesia adalah negara dengan banyak budaya, suku dan Agama. Agama yang diakui oleh Indonesia saat ini berjumlah 6, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Setiap ajaran agama tersebut, konsep keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berbeda-beda. Meskipun ada hal yang bertentangan, terdapat pula konsep yang sama yaitu yang Mutlak. Dalam UUD 1945 , Bab XI , Pasal 29 : (1) Negara  berdasar atas  Ketuhanan   Yang    Maha    Esa, (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk   memeluk agamanya masing-masing dan untuk  beribadat   menurut   agamanya dan kepercayaannya itu. Ketuhanan dalam Agama Buddha adalah konsep yang berbeda dari ajaran Agama yang lain. Ketuhanan dalam Agama Buddha mengacu pada Nibbana, karena perannya sebagai “tujuan akhir”. Semua Agama memiliki tujuan masing-masing, Nibbana adalah tujuan Agama Buddha. Buddha mengungkapkannya sebagai berikut: “para Bikkhu, ada yang tidak dilahirkan (ajata), yang tidak menjelma (abhuta), yang tidak dicipta

Ratu Mahamaya Wafat

Gambar
WAFATNYA RATU MAHĀMĀYĀ Pada hari ketujuh setelah melahirkan Pangeran Siddhattha , Ratu Mahāmāyā wafat, dan adiknya Mahāpajāpatī Gotamī yang juga istri Raja Suddhodana menggantikan posisi Ratu Mahāmāyā sebagai ratu sekaligus ibu bagi pangeran kecil. Dari hubungan Raja Suddhodana dengan Mahāpajāpatī Gotamī melahirkan seorang pangeran bernama Nanda dan seorang putri bernama Sundari Nanda (Rupananda). Mahāpajāpatī Gotamī merawat Pangeran Siddhattha seperti merawat putranya sendiri, Pangeran Nanda. Pangeran Nanda sendiri lahir beberapa hari setelah Pangeran Siddhattha lahir. Setelah Ratu Mahāmāyā wafat , ia dilahirkan menjadi seorang putra dewa dengan nama Māyādevaputta (Santusita) di surga Tusita. Ratu Maya meninggal tujuh hari setelah melahirkan Pangeran Siddhartha. Menurut legenda, dia kemudian terlahir kembali di alam surga Tavatimsa, tempat Buddha Gautama kemudian berkunjung dan mengajarkan Abhidharma kepada ibunya itu. Adik perempuannya, Prajāpatī (Pāli: Pajāpatī atau Mahāpajāpatī Got