Sifat-Sifat Ketuhanan dan Cara Buddha
Indonesia adalah negara dengan banyak budaya, suku dan Agama. Agama yang diakui oleh Indonesia saat ini berjumlah 6, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Setiap ajaran agama tersebut, konsep keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berbeda-beda. Meskipun ada hal yang bertentangan, terdapat pula konsep yang sama yaitu yang Mutlak. Dalam UUD 1945 , Bab XI , Pasal 29 : (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Ketuhanan dalam Agama Buddha adalah konsep yang berbeda dari ajaran Agama yang lain. Ketuhanan dalam Agama Buddha mengacu pada Nibbana, karena perannya sebagai “tujuan akhir”. Semua Agama memiliki tujuan masing-masing, Nibbana adalah tujuan Agama Buddha. Buddha mengungkapkannya sebagai berikut: “para Bikkhu, ada yang tidak dilahirkan (ajata), yang tidak menjelma (abhuta), yang tidak diciptakan (akata), yang mutlak (asankhata). Para Bikkhu, apabila tiada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak diciptakan, yang mutlak, maka tidak aka nada kemungkinan untuk bebas dari hal-hal berikut ini, yaitu kelahiran, penjelmaan, penciptaan, pembentukan dari sebab yang lalu. Tetapi, para Bikkhu, karena ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak diciptakan, yang mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas hal-hal berikut ini, yaitu kelahiran, penjelmaan, penciptaan, pembentukan dari sebab yang lalu” (Ud. 80-81).
Tuhan dalam agama Buddha tidak dipandang sebagai suatu pribadi (personifikasi), tidak punya bentuk orang (antropomorfisme), dan tidak punya sifat orang (anthropopatisme). Sifat-sifat Tuhan dalam Agama Buddha hanya ada dua yaitu Maha Esa (merupakan satu-satunya tujuan akhir), dan Maha Suci (terbebas dari keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin). Tuhan dalam agama Buddha bukanlah Maha Pencipta, jika tuhan bukan Maha Pencipta lalu siapa yang menciptakan bumi beserta isinya???. Agama Buddha tidak mengenal sebab pertama (Causa Prima), hanya ada sebab terdekat (kondisi-kondisi) yang mengakibatkan kondisi-kondisi selanjutnya.Untuk terbentuk/terjadinya suatu fenomena ternyata melibatkan banyak sekali kondisi, contohnya untuk terbentuknya sebuah papan tulis ternyata banyak sekali peranan unsur-unsur yang ada di alam semesta.
Apabila Buddhisme tidak memandang Tuhan sebagai Pencipta dan Pengatur seluruh bumi dan isinya, lalu siapa yang mengatur adanya manusia? Hingga ada yang lahir cacat, miskun, kaya, usia panjang, usia pendek dsb. Dalam Agama Buddha terdapat hukum yang mengatur alam semesta (Panca Niyama), yaitu Kamma Niyama (hukum yang mengatur kehidupan manusia missal lahir cacat, miskin dll), Bijja Niyama (hukum yang mengatur proses terjadinya biji atau tumbuhan), Utu Niyama (hukum yang mengatur suhu seperti hujan dll), Citta Niyama (hukum yang mengatur proses pikiran), dan Dhamma Niyama (hukum yang mengatur fenomena seperti gempa pada saat Buddha lahir).
Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan sebutan atau nama yang berbeda-beda adalah kebesaran Tuhan yang tidak dapat dijelaskan secara gambling dan tepat. Tingkat pemahaman akan hakikat Tuhan setiap manusia berbeda-beda. Hal tersebut yang seharusnya membuat manusia menjadi lebih saling menghormati dan toleransi antar sesama.
Baca Juga : Ratu Mahamaya Wafat
Komentar
Posting Komentar